Januari 03, 2019

Rangkuman Buku Pesona Akhlak Nabi

Mata Kuliah : Islam Ulil Albab
Dosen Pengampu :  Dr. H. Robby Habiba Abror M.Hum.

Jumat,3 Januari 2019

Menyambut dengan Ramah Saudara Baru

Pada suatu malam, Abu Dzar Al-Ghifari sahabat nabi yang terkenal sederhana dan tulus ikhlas dalam membaktikan hidupnya untuk islam, ketika pertama kali nya datang ke Makkah, tiada seorang pun yang bertawaf, kecuali dua orang perempuan yg sedang berdoa pada berhala. Seusai mereka berdoa Abu Dzar Al-Ghifari berucap kepada mereka “kawinkan saja kedua berhala itu”, amarah kedua perempuan itu pun meledak. Rasullulah pun menanyakan kedua perempuan tersebut.
Selepas menjawab, kedua perempuan itu pun pergi, sedangkan Rasulullah pergi untuk mencium hajar aswad, dan selepas itu beliau melaksanakan shalat, tak lama selesai melaksanakan shalat Abu Dzar mendekati Rasulullah dan mengucapkan salam pertama kali nya dalam sejarah islam, Abu Dzar pun mengenalkan diri kepada Rasulullah, setelah beberapa lama berbicara sejenak mereka terdiam. Abu Bakar Al-Shiddiq menjamu saudara dari suku Ghifar tersebut. Saat itu pula Abu Dzar menyatakan keislaman kepada Rasulullah dibawah naungan Ka’bah.

Allah Mengutusku untuk Merekatkan Silaturahim

Setelah diangkat sebagai utusan Allah, Rasulullah Saw pun melaksanakan perintah Allah Swt, tersebut dengan hati-hati, tapi masih secara rahasia. Walaupun demikian masih banyak yang segera memeluk Islam. Berita itu sampai kepada Abu Nujaih.
Setelah Abu Nujaih sampai dia Makkah dan bertemu Rasulullah Saw, dia pun menanyakan kepada beliau dengan banyak pertanyaan. Abu Nujaih pun kembali kepada kelaurganya. Ketika Rasulullah Saw datang ke Madinah, Abu Nujaih pun mencari kabar-kabar dengan semangat kepada keluarganya. Abu Nujaih menemui Rasulullah dan menanyakan apa saja yg diajarkan Allah.

Memahami Duka dan Derita Sahabat

Madinah, Jumat, 12 Rabi’ Al-Awwal 1 H. Para tuan rumah dari kalangan Anshar hamper putus asa menuju rumah mereka. Rasulullah dan sahabat tercinta, memasuki kota suci itu. Kedatangan beliau disambut dengan takbir, hari itu Madinah benar-benar pada suasana gembira. Sejatinya Rasulullah Saw, berat meninggalkan kota kelahiran nya, Makkah, hal tersebut juga dirasakan oleh Abu Bakar Al-Shiddiq dan Bilal bin Rabbah, apalagi kedatangan mereka bertepatan dengan wabah malaria. Beberapa hari mereka datang, Abu Bakar dan Bila demam.
  Melihat sang ayah tergolek lemah dan sakit, A’isyah binti Abu Bakar pun menjenguknya. A’isyah pun melaporkan kepada Rasulullah tentang kondisi kesehatan ayahandanya dan Bilal. Beliau segera menemui mereka agar tabah dan sabar menghadapi kesulitan dan lebih berani untuk membela Islam.
Kalbu yang Bening sebagai Penyangga Persaudaraan

     Ketika Rasulullah Saw, tiba pertama kali di Madinah, beliau menyaksikan orang-orang Yahudi telah lama bermukim di kota itu dengan kaum musyrik. Beliau pun sama sekali tidak berencana meningkirkan mereka, malah beliau dapat menerima kehadiran mereka. Mereka tahu benar Rasulullah Saw mengajak manusia mengesakan Allah Swt, berbuat kebajikan dan bersiap diri menghadapi kehidupan akhirat.
Namun, selepas kaum Aus dan Khazraj banyak memeluk islam atau disebut kaum Anshar, orang-orang Yahudi merasa cemas dan dicekam berbagai ketakutan. Mereka mulai merencanakan upaya penghancuran Islam dan menjerumuskan para pemeluknya.
Rasulullah Saw, bukanya tak menyadari dan mengetahui tabiat orang-orang yahudi tersebut, beliau pun memberikan pengarahan kepada kaum Muslim untuk memiliki kalbu yang bening dan menjaga diri dari kalbu yang tertutup,terbalik,dan berlapis.

Biang Perusak Persaudaraan dan Solidaritas Sosial

     Kegembiraan pemuka kaum Anshar Sa’d ibn ‘Ubadah berpangkal dari undangan yang diterimanya hari itu, yaitu untuk menghadiri pesta kecil yang diadakan oleh kaum Anshar dan Muhajirin, setibanya ditempat, dia pun dipersilakan masuk dan menikmati hidangan termasuk khamar. Ketika mereka pada keadaan mabuk, dua kelompok tersebut mulai membanggakan diri. Merasa sebagai pemuka kaum Sa’d mabuk membela mati-matian kaum nya lebih unggul dari Muhajirin. Merasa tersinggung kaum Muhajirin pun mendidih dan memukul Sa’d hingga melukai hidungnya.
Setelah sadar Sa’d ibn ‘Ubadah melaporkan kepada Rasulullah tentang kejadian yang dialami tersebut. Tidak lama kemudian, turun ayat Al-Quran tentang larangan meminum Khamar.



"Akhlak mulia Muhammad-lah, dan bukannya pedang yang mengantarkan umat islam berjaya."
- Mahatma Gandhi-

Kelompok 6 :
Fanny Muhammad Ichsan  ( 18312010 )
Narendra Hernandhito ( 18312044 )
Adhitya Arkamelvi Rivando ( 18312055 )
Saleh Amir Kelib ( 18312065 )
M. Farel Jalu Fandanu ( 18312066 )